Dreams are renewable. No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born.

-Dale Turner-

Minggu, 10 April 2011

tugas makalah pengantar ekonomi

SEMAKIN MENINGKATNYA JUMLAH PENDUDUK INDONESIA

BAB I
LATAR BELAKANG
Populasi manusia adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Kalau populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berimbas pada kualitas hidup manusia yang rendah. Antara 1960 dan 1999, populasi bumi berlipat ganda dari 3 milyar menjadi 6 milyar orang. Pada tahun 2000 populasi sudah menjadi 6.1 milyar. PBB memprediksi bahwa populasi dunia pada tahun 2050 akan mencapai antara 7.9 milyar sampai 10.9 milyar, tergantung pada apa yang kita lakukan sekarang.
Perkembangan urbanisasi di Indonesia perlu dicermati karena dengan adanya urbanisasi ini, kecepatan pertumbuhan perkotaan dan pedesaan menjadi semakin tinggi. Pada tahun 1990, persentase penduduk perkotaan baru mencapai 31 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2000 angka tersebut berubah menjadi 42 persen. Diperkirakan pada tahun 2025 keadaan akan terbalik dimana 57 persen penduduk adalah perkotaan, dan 43 persen sisanya adalah rakyat yang tinggal di pedesaan. Dengan adanya sentralisasi pertumbuhan dan penduduk, maka polusi pun semakin terkonsentrasi di kota-kota besar sehingga udara pun semakin kotor dan tidak layak.
Kota-kota besar terutama Jakarta adalah sasaran dari pencari kerja dari pedesaan dimana dengan adanya modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba wah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya
Pada akhirnya, pertumbuhan populasi yang tinggi akan mengakibatkan lingkaran setan yang tidak pernah habis. Populasi tinggi yang tidak dibarengi dengan lahan pangan dan energi yang cukup akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply dan demand yang bisa menyebabkan harga menjadi mahal sehingga seperti yang sedang terjadi sekarang, inflasi semakin tinggi, harga bahan makanan semakin tinggi sehingga kemiskinan pun semakin banyak. Semakin menurunnya konsumsi masyarakat akan menyebabkan perusahaan merugi dan mem-PHK karyawannya sebagai langkah efisiensi, sehingga semakin banyak lagi kemiskinan.


MASALAH
Apakah jumlah penduduk di Indonesia sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan untuk kesejahteraan dan pembangunan ekonomi di Indonesia?

PEMBATASAN MASALAH
Di dalam makalah ini saya hanya membahas pertambahan penduduk di Indonesia yang angkanya terus meningkat pada tahun 2010.

HIPOTESA
Jumlah penduduk Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan bila masalah ini tidak segera ditangani, diperkirakan Indonesia bisa menggeser posisi Amerika sebagai negara berpopulasi terbanyak ketiga di dunia.Peningkatan jumlah penduduk ini akan berdampak pada kesejahteraan rakyat dan negara. Selain itu juga berdampak bagi pemerataan penduduk dan pembangunan ekonomi di Indonesia.

ASUMSI
"Apabila pemerintah di Indonesia tidak berhasil menekan angka pertumbuhan penduduknya melalui program pengendalian kelahiran, maka posisi Indonesia akan berada pada posisi ketiga dunia menggeser Amerika sebagai negara dengan penduduk terpadat pada tahun 2060, hal itu sangat mengkhawatirkan kita semua,"kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sugiri Syarif.
"Dengan jumlah penduduk padat ditambah kualitas penduduknya masih rendah, ke depan beban pemerintah pusat dan daerah akan semakin sulit dalam melakukan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat seperti penyedian pangan, energi, transportasi pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan sebagainya," ujar Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sugiri Syarif.




LANDASAN TEORI

Cara menghitung jumlah penduduk
Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ). Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).

Dengan rumus pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya:
Pt = P0 (1+r)t
Dimana
P0 adalah jumlah penduduk awal
Pt adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah jumlah tahun dari 0 ke t.












BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Badan Pusat Statistik memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia pada 2010 mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 1990-2000, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta jiwa.
Kegiatan Sensus Penduduk 2010 akan mencacah penduduk yang bertempat tinggal di sekitar 65 juta rumah tangga. Dalam kegiatan pencacahan ini, sekitar 600.000 pencacah dipekerjakan. Mereka diharapkan berasal dari wilayah setempat sehingga mengenali wilayah kerjanya secara baik. Menurut Sensus Penduduk 2000, jumlah penduduk Indonesia mencapai 205,1 juta jiwa. Dengan jumlah itu, Indonesia menjadi negara keempat dalam hal jumlah penduduk, setelah China, India, dan Amerika Serikat. Dari jumlah itu, sekitar 121 juta jiwa atau 60,1 persen tinggal di Pulau Jawa sehingga menjadikan pulau itu sebagai yang terpadat di Indonesia, yaitu mencapai tingkat kepadatan 103 jiwa per km2.
Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikina dapat di simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.
Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan yang tinggi pula. Jumlah penduduk Indoneesia dari tahun 1971-2010 serta pertumbuhannya dapat dilihat pada table berikut.
Tabel Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990,2 000 dan 2010 (Juta Jiwa)
Tahun 1971 1980 1990 2000 2010
Jumlah Penduduk 119,2 147,5 179,4 205,1 237,6*
Keterangan: *) Jumlah penduduk tahun 2010 yang disajikan ini merupakan data sementara hasil SP2010 yang dibacakan oleh Presiden SBY dalam pidato kenegaraan 16 agustus 2010. Data final hasil SP2010 kemungkionan besar baru di lansir tahun 2011
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 2000-2010 sebesar 1,48 persen pertahun. Artinya bahwa setiap tahunnya antara tahun 2000 sampai 2010 jumlah penduduk Indoneisa bertambah sebesar 1,48 persennya. Dengan jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa tersebut, membuat Indonesia tetap bercokol sebagai negara berpenduduk terbanyak setelah RRC, India dan Amerika Serikat.


BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah yang saya buat ini dapat disimpulkan bahwa negara Indonesia merupakan negara ke empat dengan jumlah penduduk tebanyak di dunia setelah Amerika. Tahun 2010 pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Hal ini menyebabkan semakin besarnya angka kelahiran yang tidak terkendali.

SARAN
Pemerintah harus serius menangani masalah lonjakan penduduk ini jika tidak maka kesejahteraan negara dan pembangunan ekonomi akan terganggu. Untuk itu pemerintah harus mengendalikan angka kelahiran dengan program keluarga berencana (KB) serta pemerataan penduduk di daerah-daerah sehingga penduduk tidak tersentralisasi hanya di kota-kota besar saja. Selanjutnya peran dari masyarakat untuk turut serta dalam mengendalikannya, agar tercipta tujuan yang diharapakan.















DAFTAR PUSTAKA

http://amirbuton.wordpress.com/2010/08/17/jumlah-penduduk-hasil-sensus-penduduk-tahun-2010/
http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/220/220/1/2/
http://nasional.kompas.com/read/2010/06/23/12593833/Tahun.2010.Penduduk.Indonesia.234.2.Juta
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/02/10/202291/92/14/Jumlah-Penduduk-Indonesia-Bisa-Lebihi-Amerika
»»  READMORE...

Selasa, 05 April 2011

tugas perekonomian Indonesia

PENINGKATAN PENGANGGURAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

LATAR BELAKANG
Masalah pengangguran tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menjadi penyebab masalah pengangguran yang terjadi di Indonesia menjadi semakin serius. Masalah ini di pandang lebih serius lagi bagi mereka yang berusia 15-24 tahun yang kebanyakan mempunyai pendidikan yang lumayan. Karena mereka merasa pendidikan yang sudah mereka dapatkan ternyata belum dapat menjamin mereka dapat bekerja. Selain itu pengangguran juga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.
Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup atau mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi dan tingginya inflasi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain. Kolapsnya perekonomian Indonesia sejak krisis pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun.
Ada berbagai macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran teknologis, pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.




MASALAH
1. Apakah sistem dunia pendidikan di Indonesia tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang sesuai tuntutan pasar kerja sehingga masih banyak lulusan terdidik Indonesia yang menganggur ?
.
PEMBATASAN MASALAH
Di dalam makalah ini saya hanya membahas tentang kelompok pengangguran intelektual di Indonesia yang angkanya terus meningkat antara tahun 2009-2010.

HIPOTESA
Dunia pendidikan di Indonesia memang tergolong masih rendah dan mempunyai beberapa kelemahan salah satunya adalah sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada segi teori bukan pada segi praktek. Dan belum maksimalnya pengembangan komitmen wirausaha Selain itu lulusan perguruan tinggi di Indonesia lebih banyak yang memilih untuk bekerja di perkantoran dibanding menjadi wirausahawan.

ASUMSI
Meningkatnya jumlah pengangguran intelektual di Indonesia diakibatkan oleh sarjana yang orientasinya mencari kerja, bukan menciptakan pekerjaan. Selain itu, penyebab banyaknya penganggur intelektual itu, antara lain, semakin menurunnya daya serap sektor formal terhadap tenaga kerja dan ketidaksesuaian antara pendidikan dan kebutuhan pasar. Ditambah lagi, belum bersinerginya kalangan dunia usaha, lembaga pendidikan tinggi, dan pemerintah juga membuat jarak yang semakin lebar antara tenaga kerja yang melimpah dan peluang usaha yang semakin terbatas. Akibatnya, banyak sarjana yang bekerja apa adanya, dengan gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. "Tidak bisa dimungkiri kalau para sarjana masih kurang berminat dalam berwirausaha, mereka masih berorientasi sebagai pekerja upahan," Ujar Profesor Zantermans Rajagukguk, Koordinator Peneliti Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi Kemnakertrans
Makin banyaknya sarjana yang menganggur disebabkan oleh rendahnya soft skill atau keterampilan di luar kemampuan utama dari sarjana yang bersangkutan. Untuk mengatasi persoalan pengangguran, perlu hendaknya dikembangkan secara maksimal komitmen wirausaha (entrepreneurship) khususnya di kalangan pemuda. Suatu entrepreneur, kata Prof Winarno, Rektor Universitas Katolik Atma Jaya, idealnya sedikitnya 2 persen dari jumlah penduduk.


LANDASAN TEORI
Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran = jumlah orang yang menganggur x 100%
(unemployment rate)
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%
Labor force (angkatan kerja) = jumlah orang yang bekerja + jumlah orang yang
tidak bekerja

PEMBAHASAN MASALAH
Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan. Menurut data yang ada jumlah penganggur intelektual lulusan perguruan tinggi di Indonesia pada 2010 mencapai 1.142.751 orang atau naik 15,71 persen dibandingkan dengan 2009. Mereka terdiri atas lulusan diploma sebanyak 441.100 orang dan sarjana 701.651 orang. Pengangguran intelelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena ini yang sedang dihadapi oleh bangsa kita dimana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun sebenarnya mereka menyandang gelar. Meski ada kecenderungan pengangguran terdididik semakin meningkat namun upaya perluasan kesempatan pendidikan tidak boleh berhenti. Pemerataan pendidikan itu sendiri harus dilakukan tanpa mengabaikan mutu pendidikan.
Sistem pendidikan Indonesia masih mempunyai beberapa kelemahan Salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Pendidikan di Indonesia terlalu menekankan pada teori bukan pada praktek. Di negara-negara maju, pendidikan dalam wujud praktek lebih diberikan dalam porsi yang lebih besar. Disanapun, cara pembelajaran dan pemberian pendidikan diberikan dalam wujud yang lebih menarik dan kreatif agar para siswa juga tidak menjadi bosan. Berbeda dengan di negara kita, saat ini ada kecenderungan bahwa para siswa hanya mempunyai kebiasaan menghafal saja untuk pelajaran-pelajaran yang menyangkut ilmu sosial, bahasa dan sejarah atau hanya menerima saja berbagai teori yang diberikan tanpa memiliki kemampuan untuk menggali wawasan pandangan yang lebih luas dalam memahami dan mengkaji suatu masalah. Sedangkan untuk ilmu pengetahuan alam para siswa cenderung hanya diberikan latihan soal-soal yang cenderung hanya melatih kecepatan dalam berpikir untuk menemukan jawabannya atau hanya sekedar bisa mengejarkan soalnya dengan menggunakan rumus tetapi tidak tahu asal muasal rumus tersebut. Kenyataan inilah yang menyebabkan sumber daya manusia kita tertinggal jauh dengan sumber daya manusia yang ada di negara-negara maju kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal dalam praktek. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik juga adalah karena kita terlampau melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi kualitas dari kemampuan di bidang yang kita tekuni, rendahnya soft skill atau keterampilan di luar kemampuan utama dari sarjana yang bersangkutan yang juga menyebabkan para tenaga kerja terdidik sulit bersaing dengan tenaga kerja asing dalam usaha untuk mencari pekerjaan. Lebih banyaknya sarjana yang berorientasi untuk mencari pekerjaan daripada menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Ini sangat jauh berbeda dengan cita-cita sarjana di negara-negara maju yang lebih banyak berorientasi untu berwirausaha. Disebutkan, jumlah entrepreneur di Amerika Serikat telah mencapai angka 2,14 persen pada tahun 1983. Singapura, berdasarkan Global Entrepreneurship Moneter (2005) melaporkan pada tahun 2001 telah mencapai jumlah entrepreneur 2,1 persen, dan menjadi 7,2 persen tahun 2005. Bandingkan dengan Indonesia yang pada tahun 2006 baru mencapai 0,18 persen atau hanya memiliki 400.000 entrepreneur dari jumlah penduduk 220 juta. Untuk mencapai negara yang dianggap makmur, Indonesia perlu meningkatkan jumlah entrepreneur menjadi 1,1 persen atau menjadi 4,4 juta entrepreneur.

Selain itu banyak calon mahasiswa yang cenderung memilih program studi hanya berdasarkan tren yang ada. Jika tidak karena tren, faktor pemilihan perguruan tinggi lebih karena atas permintaan orangtua atau keluarga dan pengaruh teman. Inilah penyebab ketidaksiapan para lulusan tenaga kerja terdidik untuk menghadapi tantangan dan tuntutan dunia kerja. Jika kita melihat dari sudut pandang ekonomi, pengangguran tenaga kerja terdidik cenderung meningkat pada saat masyarakat mengalami proses modernisasi dan industrialisasi. Dalam proses perubahan itu terjadi pergeseran tenaga kerja antarsektor, yaitu dari sektor ekonomi susbsistem ke sektor ekonomi renumeratif. Setelah kembali mapan, pengangguran cenderung rendah kembali. Pergeseran ekonomi dalam proses industrialisasi tidak hanya berlangsung dari pertanian ke industri tetapi juga terus terjadi dari industri berteknologi rendah ke teknologi tinggi, dan selanjutnya menuju industri yang berbasis informasi dan intelektualitas. Perubahan itu terus berlangsung dari waktu ke waktu yang mengakibatkan tenaga kerja harus terus menerus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan teknologi. Akibatnya pengangguran merupakan suatu kondisi normal di negara-negara maju yang teknologinya terus berubah. Masalah pengangguran terdidik di Indonesia, sudah mulai mencuat sejak sekitar tahun 1980-an saat Indonesia mulai era industri. Memasuki dasawarsa 1980-an, output pendidikan SD dalam jumlah besar telah mendorong pertumbuhan besar-besaran pada jenjang pendidikan menegah dan tinggi. Namun masalah pendidikan menjadi dilematis, di satu sisi pendidikan dianggap sangat lambat mengubah struktur angkatan kerja terdidik. Namun di sisi lain, pendidikan juga dipersalahkan karena mengeluarkan lulusan pendidikan tinggi yang terlalu banyak sehingga menjadi penganggur. Penyebab pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah karena kualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang masih rendah. Pengangguran terdidik dapat saja dipandang sebagai rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan. Namun bila dilihat dari sisi permintaan tenaga kerja, pengangguran dapat dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi dan pasar kerja dalam menyerap tenaga terdidik yang muncul secara bersamaan dalam jumlah yang terus berakumulasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan makalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengangguran menjadi salah satu masalah perekonomian Indonesia yang tidak bisa dianggap mudah. Pengangguran di Indonesia yang diantaranya para lulusan terdidik atau sarjana jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa faktor yang menjadi penyebab pengangguran intelektual adalah kurangnya pemberian keterampilan atau softskill di luar kemampuan mahasiswa, sehingga biasanya mahasiswa hanya pintar dalam teori tetapi tidak pada prakteknya. Dan kurangnya pengembangan komitmen untuk wirausaha sehingga para lulusan terdidik cenderung lebih banyak mencari pekerjaan daripada menciptakan pekerjaan. Masalah ini harus segera dicarikan jalan keluar agar tenaga kerja terdidik Indonesia dapat bersaing dengan tenaga kerja asing dan supaya kestabilitasan negara tidak terganggu


SARAN .
Kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) harus disempurnakan. Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
Peningkatan keterampilan atau softskill di luar kemampuan utama para mahasiswa untuk menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat dalam era globalisasi ini.
Serta pengembangan komitmen wirausaha (entrepreneurship) secara maksimal khususnya di kalangan pemuda guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan kesejahteraan.










DAFTAR PUSTAKA
http://wahyumedia.wordpress.com/2008/09/18/strategi-dan-kebijakan-pemerintah-dalam-menanggulangi-pengangguran/
http://www.portalhr.com/beritahr/seputarhr/1id1703.html
http://elektrojoss.wordpress.com/2007/06/12/tiga-faktor-mendasar-penyebab-masih-tingginya-pengangguran-di-indonesia/
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/07/21/0018.html
»»  READMORE...