1. Jelaskan
bagaimana Audit Sosial Independen dan Mekanisme Perlindungan Formal dapat
mendorong perilaku etis?
Audit Sosial Independen mengevaluasi keputusan
dan praktik manajemen berdasarkan kode etik perusahaan, meningkatkan
kemungkinan rasa takut terungkap. Audit ini dapat berupa evaluasi rutin yang
dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Sedangkan untuk Mekanisme Perlindungan Formal, organisasi
disarankan menyediakan mekanisme formal karena berfungsi untuk melindungi
karyawan yang mengalami dilema etis agar mereka dapat melakukan hal yang benar
tanpa merasakan takut akan dipermalukan di depan umum.
2.
Jelaskan tahapan pengembangan moral Lawrence Kohlberg!
Kohlberg merumuskan
tiga tingkat perkembangan moral, yang masing-masing tahap ditandai oleh dua
tahap. Konsep kunci dari teori Kohlberg, ialah internalisasi, yakni perubahan
perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku
yang dikendalikan secara internal.
Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang
paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak
tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah
tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini
perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang
dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap 2: Individualisme dan tujuan adalah tahap
kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan
dan kepentingan diri sendiri. Anak-anak taat bila mereka ingin taat dan bila
yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah
apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau
tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu
pada tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar (internal)
tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain,
seperti orangtua atau masyarakat.
Tahap 3: Norma-norma interpersonal, pada tahap
ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain
sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi
standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai
oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik.
Tahap 4: Moralitas sistem sosial.
Pada tahap ini, pertimbangan moral didasarkan atas pemahaman aturan sosial,
hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Tingkat Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat
tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas
benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang
lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan,
dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.
Tahap 5: Hak-hak masyarakat versus hak-hak
individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan
aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu
orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi
nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
Tahap 6: Prinsip-prinsip etis universal, pada
tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan
pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan
suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin
melibatkan resiko pribadi.
3. Jelaskan
pendekatan "wortel dan tongkat" atau "the carrot and stick
concept"!
Teori wortel dan tongkat tentang motivasi berlaku
dengan baik di bawah situasi tertentu. Alat pemuas kebutuhan psikologi manusia
dan dalam batas tertentu kebutuhan keamanan dapat disediakan atau tidak diberikan
oleh manajemen. Dengan kata lain motivasi yang muncul karena didorong kesenangan,
yang dapat berupa upah kerja, kondisi kerja dan keuntungan. Dengan alat-alat
tersebut individu dapat dikendalikan selama dia berusaha untuk mencari nafkah. Tetapi
teori wortel dan tongkat tidak berlaku sekaligus jika seseorang telah mencapai
level penghidupan yang cukup dan termotivasi akan kebutuhan pada level yang
lebih tinggi.
4.
Carilah beberapa contoh perilaku tidak etis (minimal 5)
?
·
Seorang akuntan menggelapkan dana dari
majikannya untuk keuntungan finansial.
·
CFO dari perusahaan publik yang diperdagangkan
mempersiapkan laporan keuangan untuk muncul seolah-olah perusahaan berkinerja
jauh lebih baik daripada yang sebenarnya karena dia ingin portofolio saham
mereka meningkat.
·
Penjualan
produk ke luar negeri yang sudah terbukti merusak kesehatan dan tidak diperbolehkan
didalam negeri.
·
Mengambil barang-barang kantor untuk dibawa
pulang.
·
Perusahaan membayar upah pekerja yang rendah
dibeberapa negara berkembang untuk membuat sepatu mereka yang berharga tinggi.
·
Penipuan produk yang tidak sesuai dengan yang ditawarkan.
·
Penjualan produk yang sudah kadaluwarsa.
·
Berbohong kepada orang-orang untuk menipu
karyawan atau kontraktor untuk mengklaim kredit pajak dari IRS atau ATO yang
tidak ada dan mengatakan bahwa barang-barang yang diterima tidak pernah
disampaikan atau rusak ketika membongkar pengiriman barang yang baru tiba.
1. 5. Apa yang dimaksud dengan :
a) Penyimpangan
di tempat kerja : Perilaku tidak etis yang dilakukan oleh karyawan dengan melanggar
norma-norma organisasi mengenai benar atau salah. Penyimpangan ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor pada situasi kerja seperti perubahan lingkungan, perkembangan
individu, dukungan organisasi, kepribadian dan lainnya.
b) Penyimpangan hak milik : Perilaku
tidak etis terhadap harta milik perusahaan. Misalnya: menyabot, mencuri atau
merusak peralatan, mengenakan tarif jasa yang lebih tinggi dan mengambil
kelebihannya, menipu jumlah jam kerja, mencuri dari perusahaan lain.
c) Penyimpangan politik
: Yaitu menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang lain dalam
perusahaan. Misalnya: mengambil keputusan berdasarkan pilih kasih dan bukan
kinerja, menyebarkan kabar burung tentang rekan kerja, menuduh orang lain atas
kesalahan yang tidak dibuat.
d) Penyimpangan produksi
: Perilaku tidak etis dengan merusak mutu dan jumlah hasil produksi. Misalnya:
pulang lebih awal, beristirahat lebih lama, sengaja bekerja lamban, sengaja
membuang-buang sumber daya.